Banjir Kembali Landa Ibu Kota Baru, 379 Jiwa Terdampak



Wartabpn - CNN Indonesia -- Hujan yang mengguyur sejak sore Senin (17/2)  yang berlanjut hingga malam menyebabkan sungai Riko di Desa Bukit Subur Kecamatan Penajam, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur meluap hingga mengakibatkan permukiman warga banjir.  Sebanyak 379 jiwa di ibu kota baru itu terdampak. Kepala Desa Bukit Subur, Asep Andreawan mengatakan air mulai meluap naik dari Sungai Riko masuk ke pemukiman sejak selasa (18/2) pagi.

"Kemarin sore air baru rata dengan bibir sungai. Tadi malam hujan deras lagi, pagi naik sudah air ke wilayah ke pemukiman," kata Asep Andriawan pada CNNIndonesia.com.
Ia mengatakan bahwa banjir sempat hingga setinggi 1 meter. "Tapi airnya sekarang sudah mulai surut hingga 50 persen," katanya.  
Ia menyebut warga di delapan RT terdampak banjir. Mereka yang rumahnya terendam mengungsi ke rumah rumah kerabat yang berada di ketinggian. Banjir ini menurutnya adalah banjir tahunan.
"UPT PU kecamatan sudah mendatangkan eskavator di desa untuk pelebaran sungai. Cuma memang belum bisa turun karena curah hujan masih tinggi," ucapnya.

Asep menduga Sungai Riko sudah mengalami pendangkalan sehingga air mudah meluap saat curah hujan tinggi. Karena itu dibutuhkan pengerukan sungai. 

Sementara itu dalam keterangan resminya, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Penajam Paser Utara, banjir yang merendam ini tidak hanya di Desa Bukit Subur tetapi juga terjadi di Kelurahan Riko. Dari dua desa ini terdapat 115 Kepala keluarga yang terdampak.

"Tim gabungan BPBD bersama warga sudah melakukan pendataan korban terdampak banjir dan memasang sistem jalur tali di jembatan untuk antisipasi air meluap sehingga bisa mentransfer logistik ke seberang sungai," demikian pernyataan tertulis BPBD.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut 115 KK terdampak terdiri dari 379 jiwa. Desa Bukit Subur terbanyak keluarga terdampak dengan jumlah 104 atau 336 jiwa.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BPNB Agus Wibowo mengatakan akibat banjir, sebuah jembatan kayu dan gundukan tanah hampir putus akibat banjir sehingga tak bisa dilintasi.

"Sinyal jaringan telepon sangat susah sehingga memperlambat proses pelaporan di lapangan. Selain itu, warga tidak bisa memasak karena material kayu bakar tidak bisa digunakan karena basah," kata Agus dalam keterangan tertulisnya.

Menurutnya saat ini kebutuhan mendesak yang diperlukan warga adalah paket alat pembersih, paket makanan siap saji dan matras.

Sejak kurun waktu 2010 hingga 2019, Kabupaten Penajam Paser Utara sudah diterjang banjjir 31 kali.

"Tiga rumah hancur di tahun 2018," kata Agus.

Kabupaten Penajam Paser Utara diakui BNPB rawan banjir sesuai sifat dan kondisi masing-masing kecamatan. Potensi banjir akan semakin besar jika intensitas curah hujan tinggi atau ekstrem dan terlebih lagi ketika pada saat yang bersamaan kondisi air laut dalam keadaan pasang tinggi.

"Berdasarkan pengamatan BNPB, penyebab terjadinya banjir yang terjadi di Desa Bukit Subur karena badan sungai terjadi pendangkalan, banyaknya kelokan dan adanya sampah yang berlebihan, sehingga menghambat aliran sungai," katanya.

Sedangkan untuk Kelurahan Riko disamping intensitas hujan tinggi juga karena secara geografis berada pada dataran rendah, terdapat sungai besar yaitu Sungai Riko dan kondisi akan diperparah manakala kondisi air laut pasang tinggi.

Artikel ini sudah terbit https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200218180529-20-475849/banjir-kembali-landa-ibu-kota-baru-379-jiwa-terdampak